Senin, 21 Oktober 2013

Periodisasi Puisi Indonesia



1.                  Periode 1920-1933 
Periode ini disebut juga periode Angkatan Balai Pustaka (angkatan 20-an). Puisi-puisi pada periode ini mewarisi corak puisi lama yang mirip pantun dan syair. Hanya saja sampiran ditiadakan untuk menjadikan puisinya lebih intens. Corak puisi seperti syair tidak digunakan sebagai cerita, namun digunakan sebagai pengungkap makna yang lebih padat.Adapun ciri-ciri puisi pada periode ini antara lain:
ü  Tema berkisar tentang konflik adat antara kaum tua dengan kaum muda, dan kawin paksa
ü  Bahan ceritanya dari minangkabau
ü  Bahasa dipakai bahasa melayu
Sastrawan-sastrawan  yang termasuk ke dalam Angkatan ini di antaranya:
a.       Muhammad Yamin
Karya puisinya berjudul “ Bangsa-Bangsa “
b.      Rustam Effendi
Karya puisinya  berjudul “ Bunda dan Anak “
c.       Sanusi Pane. Contoh
Karya puisinya  berjudul  “Pancaran Cinta “

2.                  Periode 1933-1945
Periode ini disebut juga angkatan Pujangga Baru (angkatan ’30 an). Dalam periode ini terjadi perkembangan yang cukup pesat bagi dunia kepenyairan. Puisi-puisi dalam periode ini berbentuk baru dengn ciri-ciri sebagai berikut :
ü  Bahasa yang dipakai bahasa Indonesia
ü  Temanya tidak hanya tentang adat atau kawin paksa tetapi mencakup masalah yang kompleks seperti: emansipasi wanita, kehidupan, kaum intelek dan sebagainya.
ü  Bentuk puisinya puisi bebas, mementingkan keindahan bahasa, dan mulai digemari bentuk baru yang disebut soneta, yaitu puisi dari italia yang terdiri dari 14 baris.
ü  Pilihan kata-katanya diwarnai dengan kata-kata indah-indah seperti dewangga, nan, kelam, mentari, nian, kandil, nirmala, beta, pualam, manikam, juwita, dan sebagainya.
ü  Kiasan yang banyak dipergunakan adalah gaya bahasa perbandingan.
Sastrawan-satrawan  yang termasuk ke dalam periode ini di antaranya:
a.    Amir Hamzah  : Nyanyi Sunyi (kumpulan puisi), Buah Rindu (kumpulan puisi),  Setanggi Timur (kumpulan puisi)
b.    Y.E. Tantengkeng        :  Rindu Dendam (kumpulan puisi)
c.    Sanusi Pane      : Dengan  karya puisinya berjudul “Betapa Kami Tidak Akan Suka, Madah Kelana (sajak), Buah Rindu, Setanggi Timur, Puspa Mega “

3.                  Periode 1945-1953.
Periode ini disebut juga angkatan ’45. Ciri-ciri puisi pada periode ini antara lain:
ü  Puisinya adalah puisi bebas yang tidak terikat oleh pembagian bait, baris, dan persajakan.
ü  Gaya atau aliran yang banyak dianut oleh aliran ekpresionisme.
ü  Diksinya mengemukakan pengalaman batin yang mendalam dan mengungkapkan intensitas arti.
ü  Kosa katanya adalah bahasa sehari-hari.
ü  Gaya bahasa yang metafora dan simbolik banyak mempergunakan kata-kata, frasa, dan kalimat bermakna ganda yang menyebabkan tafsiran ganda bagi pembaca.
ü  Gaya sajaknya prismatis, hubungan baeris dan kalimat-kalimatnya bersifat implisit.
ü  Gaya pernyataan pikiran berkembang dan hal ini terus berkembang dan menjadi sloganis.
ü  Gaya ironi dan sinisme banyak kita jumpai dalam puisi-puisi periode ini.
Sastrawan-satrawan  yang termasuk ke dalam periode ini di antaranya :
a.       Chairil Anwar
Karya puisinya antara lain : kumpulan puisi Deru Campur Debu (Kerikil Tajam dan Yang Terempa dan Yang Luput, Kerawang Bekasi, Aku, Diponegoro, Siap Sedia, Perjanjian dengan Bungkarno, Senja di Pelabuhan Kecil, Derai-derai Cemara, Kawanku dan Aku, Cintaku Jauh di Pulau, Dalam Kereta, dll).
b.      Asrul Sang
Karya puisinya antara lain : Surat dari Ibu, Anak Laut.
c.       Sitor Situmorang
Karya puisinya antara lain : Bunga, Lagu Gadis Itali, Bunga Batu,       Sanur.
d.      Muhammad Ali
Karyanya adalah umpulan Puisi Bintang Dini.

4.                  Periode 1966-1970
Periode ini disebut juga periode Angkatan ’66. Kehidupan sosial masyarakat Indonesia pada masa ini ditandai dengan adanya berbagai demonstrasi mahasiswa menentang kepemimpinan Orde Lama. Adapun ciri-ciri puisi periode ini adalah sebagai berikut :
a.       Isi dianggap lebih penting daripada bentuk dan bahasanya bebas.
b.      Kebanyakan bertema perlawanan melawan tirani dan kekejaman (Orde Lama).
c.       Dipengaruhi pujangga dunia, tetapi tetap berusaha mempertahankan jati diri bangsa.
d.      Beraliran idealisme.
Sastrawan-sastrawan  pada angkatan ini antara lain:
a.       Farid Maulana
Karya:puisi Surat Cinta.
b.      W.S. Rendra
Karya : kumpulan puisi Blues untuk Bnie, kumpulan puisi Balada orang-orang tercinta.
c.       Taufik Ismail
Karya : kumpulan puisi Sajak Tirani, Benteng
    
5.                  Periode 1970 – sekarang
Pada periode ini muncul puisi-puisi yang disebut puisi kontemporer. Istilah kontemporer ini menunjukan pada waktu bukan pada model puisi tertentu, karena pada masa kontemporer ini banyak model puisi yang konvensional.
Ada pun ciri-ciri periode ini adalah:
ü  Protes yang dikemukakan tidak seperti dalam periode ’66 yang ditunjukan kepada orde lama dan kemunafikan, tetapi tentang kepincang-pincangan masyarakat pada awal industrialisasi.
ü  Kesadaran bahwa aspek manusia merupakan subjek dan bukan objek dalam pembangunan
ü  Banyak mengungkapkan kehidupan batin religius dan cenderung mistik.
ü  Cerita dan pelukisan bersifat alogoris dan fable.
ü  Hak – hak asasi manusia di perjuangkan, kebebasan, persamaan, pemerataan dan terhindar dari pencemaran teknologi modern.
ü  Kritik juga dikemukakan bagi para penyeleweng.
Sastrawan-sastrawan  pada periode ini antara lain:
a.       Sutarji Calzoum Bachri
Karya: Pot, Aku Datang Padamu, Pecah, Kosong
b.      Emha Ainun Nadjib
Karya: Kubakar Cintaku, Tidak Bisa Kaubiarkan Matahari,.
c.       Soedjarwo
Karya: Bunga-bunga Puisi, Taman Sastra Kita.
d.      Remy Sylado
Karya: yaitu Puisi Mbeling 2005 yang merupakan kumpulan sajak yang memuat puisi humor.
e.       Taufik Ismail
Karya: Puisi-puisi Sepi, Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin dan Langit, Sajak-sajak Ladang Jagung.