1.
Periode
1920-1933
Periode ini disebut
juga periode Angkatan Balai Pustaka (angkatan 20-an). Puisi-puisi pada periode ini
mewarisi corak puisi lama yang mirip pantun dan syair. Hanya saja sampiran
ditiadakan untuk menjadikan puisinya lebih intens. Corak puisi seperti syair
tidak digunakan sebagai cerita, namun digunakan sebagai pengungkap makna yang
lebih padat.Adapun ciri-ciri
puisi pada periode ini antara lain:
ü Tema
berkisar tentang konflik adat antara kaum tua dengan kaum muda, dan kawin paksa
ü Bahan
ceritanya dari minangkabau
ü Bahasa
dipakai bahasa melayu
Sastrawan-sastrawan
yang termasuk ke dalam Angkatan ini di antaranya:
a.
Muhammad
Yamin
Karya puisinya
berjudul “ Bangsa-Bangsa “
b.
Rustam
Effendi
Karya puisinya
berjudul “ Bunda dan Anak “
c.
Sanusi
Pane. Contoh
Karya puisinya
berjudul “Pancaran Cinta “
2.
Periode
1933-1945
Periode ini disebut
juga angkatan Pujangga Baru (angkatan ’30 an). Dalam periode ini terjadi
perkembangan yang cukup pesat bagi dunia kepenyairan. Puisi-puisi dalam periode
ini berbentuk baru dengn ciri-ciri sebagai berikut :
ü Bahasa
yang dipakai bahasa Indonesia
ü Temanya
tidak hanya tentang adat atau kawin paksa tetapi mencakup masalah yang kompleks
seperti: emansipasi wanita, kehidupan, kaum intelek dan sebagainya.
ü Bentuk
puisinya puisi bebas, mementingkan keindahan bahasa, dan mulai digemari bentuk
baru yang disebut soneta, yaitu puisi dari italia yang terdiri dari 14 baris.
ü Pilihan kata-katanya diwarnai
dengan kata-kata indah-indah seperti dewangga, nan, kelam, mentari, nian,
kandil, nirmala, beta, pualam, manikam, juwita, dan sebagainya.
ü Kiasan yang banyak dipergunakan
adalah gaya bahasa perbandingan.
Sastrawan-satrawan
yang termasuk ke dalam periode ini di antaranya:
a.
Amir Hamzah : Nyanyi Sunyi (kumpulan puisi), Buah Rindu (kumpulan
puisi), Setanggi Timur (kumpulan puisi)
b.
Y.E. Tantengkeng : Rindu Dendam (kumpulan
puisi)
c.
Sanusi
Pane : Dengan karya puisinya
berjudul “Betapa Kami Tidak Akan Suka, Madah Kelana (sajak), Buah Rindu,
Setanggi Timur, Puspa Mega “
3.
Periode 1945-1953.
Periode ini disebut juga angkatan
’45. Ciri-ciri
puisi pada periode ini antara lain:
ü
Puisinya adalah puisi bebas yang
tidak terikat oleh pembagian bait, baris, dan persajakan.
ü
Gaya atau aliran yang banyak dianut
oleh aliran ekpresionisme.
ü
Diksinya mengemukakan pengalaman
batin yang mendalam dan mengungkapkan intensitas arti.
ü
Kosa katanya adalah bahasa
sehari-hari.
ü
Gaya bahasa yang metafora dan
simbolik banyak mempergunakan kata-kata, frasa, dan kalimat bermakna ganda yang
menyebabkan tafsiran ganda bagi pembaca.
ü
Gaya sajaknya prismatis, hubungan
baeris dan kalimat-kalimatnya bersifat implisit.
ü
Gaya pernyataan pikiran berkembang
dan hal ini terus berkembang dan menjadi sloganis.
ü
Gaya ironi dan sinisme banyak kita
jumpai dalam puisi-puisi periode ini.
Sastrawan-satrawan
yang termasuk ke dalam periode ini di antaranya :
a.
Chairil
Anwar
Karya puisinya antara
lain : kumpulan puisi Deru Campur Debu (Kerikil Tajam dan Yang Terempa dan Yang
Luput, Kerawang Bekasi, Aku, Diponegoro, Siap Sedia, Perjanjian dengan
Bungkarno, Senja di Pelabuhan Kecil, Derai-derai Cemara, Kawanku dan Aku,
Cintaku Jauh di Pulau, Dalam Kereta, dll).
b.
Asrul
Sang
Karya puisinya antara
lain : Surat dari Ibu, Anak Laut.
c.
Sitor
Situmorang
Karya puisinya antara
lain : Bunga, Lagu Gadis Itali, Bunga Batu,
Sanur.
d.
Muhammad
Ali
Karyanya adalah
umpulan Puisi Bintang Dini.
4.
Periode 1966-1970
Periode ini disebut
juga periode Angkatan ’66. Kehidupan sosial masyarakat Indonesia pada masa ini
ditandai dengan adanya berbagai demonstrasi mahasiswa menentang kepemimpinan
Orde Lama. Adapun ciri-ciri puisi periode ini adalah sebagai berikut :
a.
Isi
dianggap lebih penting daripada bentuk dan bahasanya bebas.
b.
Kebanyakan
bertema perlawanan melawan tirani dan kekejaman (Orde Lama).
c.
Dipengaruhi
pujangga dunia, tetapi tetap berusaha mempertahankan jati diri bangsa.
d.
Beraliran
idealisme.
Sastrawan-sastrawan
pada angkatan ini antara lain:
a.
Farid
Maulana
Karya:puisi Surat
Cinta.
b.
W.S.
Rendra
Karya : kumpulan
puisi Blues untuk Bnie, kumpulan puisi Balada orang-orang tercinta.
c.
Taufik
Ismail
Karya : kumpulan
puisi Sajak Tirani, Benteng
5.
Periode
1970 – sekarang
Pada periode ini
muncul puisi-puisi yang disebut puisi kontemporer. Istilah kontemporer ini
menunjukan pada waktu bukan pada model puisi tertentu, karena pada masa
kontemporer ini banyak model puisi yang konvensional.
Ada pun ciri-ciri periode ini
adalah:
ü Protes yang dikemukakan tidak
seperti dalam periode ’66 yang ditunjukan kepada orde lama dan kemunafikan, tetapi
tentang kepincang-pincangan masyarakat pada awal industrialisasi.
ü Kesadaran bahwa aspek manusia
merupakan subjek dan bukan objek dalam pembangunan
ü Banyak mengungkapkan kehidupan
batin religius dan cenderung mistik.
ü Cerita dan pelukisan bersifat
alogoris dan fable.
ü Hak – hak asasi manusia di
perjuangkan, kebebasan, persamaan, pemerataan dan terhindar dari pencemaran
teknologi modern.
ü Kritik juga dikemukakan bagi para
penyeleweng.
Sastrawan-sastrawan
pada periode ini antara lain:
a.
Sutarji
Calzoum Bachri
Karya: Pot, Aku Datang Padamu,
Pecah, Kosong
b.
Emha
Ainun Nadjib
Karya: Kubakar Cintaku, Tidak
Bisa Kaubiarkan Matahari,.
c.
Soedjarwo
Karya: Bunga-bunga Puisi, Taman
Sastra Kita.
d.
Remy
Sylado
Karya: yaitu Puisi Mbeling 2005
yang merupakan kumpulan sajak yang memuat puisi humor.
e.
Taufik
Ismail
Karya: Puisi-puisi Sepi, Kota, Pelabuhan,
Ladang, Angin dan Langit, Sajak-sajak Ladang Jagung.
Casino Site | Play Online Slot Games at ChoEggocasino.com
BalasHapusPlay Online Slot Games 메리트 카지노 주소 at ChoEggocasino.com. Play slot games by real 카지노 dealers หาเงินออนไลน์ at ChoEggocasino.